Selamat datang dan bergabung dengan Ikbal Bahua Kreatif

Raih masa depan dengan mengedepankan Agama, Etika, Moral, Budaya, IPTEKS dan Kinerja pada setiap Perjalanan Aktivitas Hidupmu

PENYULUHAN PEMBANGUNAN DAN MASA DEPAN BANGSA

SOLUSI MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT : PERTANIAN, SOSIAL DAN KEMANUSIAN, EKONOMI, POLITIK, PENDIDIKAN, HUKUM, AGAMA DAN BUDAYA DALAM MENGISI ERA REFORMASI DENGAN IPTEKS DAN KEMANDIRIAN SERTA SEMANGAT KERJA.

Wednesday, January 14, 2009

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN BRIM, HAVIGHURST, DAN FREIRE

Oleh: Mohamad Ikbal Bahua

Brim (1966) mengemukakan model pembelajaran dari sisi sosial. Agar manusia dalam perkembangannya bisa survival, maka manusia harus dapat bersosialisasi dengan masyarakat. Brim berpendapat bahwa, sosialisasi adalah upaya manusia untuk mendapatkan peran-peran baru dalam hidupnya. Totalitas peran-peran baru manusia memerlukan adanya interaksi dengan masyarakat, karena dengan mengetahui hubungan interaksi tersebut manusia sebagai mahluk sosial akan selalu mengalami proses sosialisasi selama kehidupannya dan dapat berperan sebagai dirinya sendiri yang berguna untuk orang lain.

Havighurst (1972) adalah seorang arsitek yang mengemukakan model pembelajaran terarah pada tugas pengembangan yang timbul pada saat periode tertentu kehidupan individu, jika tugas pengembangan itu berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa keberhasilan pada tugas-tugas berikutnya. Jika gagal, maka akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan terhadap tugas-tugas berikutnya. Beberapa dari tugas-tugas pengembangan ini berada pada usia kanak-kanak (childhood) dan remaja (adolescene), dan sebagian lainnya muncul sepanjang usia dewasa (adulthood) dan tua (old age).

Freire (1972) seorang pemikir berkebangsaan Brazil mengembangkan model pembelajaran dari segi pendidikan dan penyadaran, yakni pembebasan manusia dari situasi menindas di luar kehendaknya. Hal ini hanya dapat dilakukan jika seseorang benar-benar menyadari realitas dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Proses ini harus berlangsung secara terus menerus sampai seseorang berkembang dari tingkat kesadaran naif sampai ke tingkat kesadaran kritis sehingga dapat mencapai tingkat kesadarannya. Maksud dari gerakan pendidikan dan penyadaran ini adalah agar manusia bisa mengenal realitas (lingkungan) sekaligus dirinya sendiri. Manusia bisa memahami kondisi kehidupannya yang terbelakang itu dengan kritis. Minimal dengan usaha penyadaran itu, manusia bisa memahami kondisi dirinya sendiri serta mampu menganalisa persoalan-persoalan sosial yang menyebabkannya tertindas.

Model pembelajaran orang dewasa yang dikembangkan oleh Brim, Havighurst, dan Freire memiliki persamaan pada fungsi pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap manusia sebagai mahluk sosial, agar manusia tersebut dapat menyadari perannya sebagai bagian dari masyarakat yang membutuhkan adanya sosialisasi melalui hubungan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dalam melakukan tugas-tugas pengembangan untuk memecahkan masalah sosial yang dihadapinya. Ketiga model pembelajaran tersebut sama-sama bertujuan untuk membuat orang dewasa sadar dan siap melaksanakan tugas dan peran yang harus diembannya sebagai manusia dan mahluk sosial.

Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Brim, Havighurst, dan Freire selain memiliki persamaan juga memiliki kriteria perbedaan yang mendasar. Brim mengembangkan model pembelajaran melalui sosialisasi sepanjang hidup yang diawali dengan proses sosialisasi di masa kanak-kanak yang terarah pada pemahaman tata nilai dan idealisme, sedangkan proses sosialisasi pada masa remaja dan orang dewasa di arahkan ke keadaan yang lebih realistis dalam kehidupan sosialnya. Untuk mengembangkan program belajar pada masyarakat, maka diperlukan proses resosialisasi yang harus dilakukan oleh masyarakat dan didukung oleh pemerintah untuk mengontrol perilaku penyimpangan masyarakat yang belum mengetahui apa pentingnya sosialisasi untuk kehidupannya. Model pembelajaran oleh Brim dikembangkan dengan usaha sosialisasi melalui tiga tipe yaitu: (1) pengetahuan, (2) kemampuan, dan (3) motivasi yang masing-masing berhubungan dengan perilaku (behavior) dan nilai-nilai (value).

Disisi lain Havighurst menekankan model pembelajarannya dari segi tugas pengembangan dengan menggolongkannya dalam tiga kategori, yaitu: (1) tugas-tugas berdasarkan pada kematangan pisik, misalnya: belajar berjalan, (2) tugas-tugas yang bersumber dari nilai-nilai kepribadian dan aspirasi, misalnya: memilih pekerjaan tertentu, dan (3) tugas-tugas yang berasal dari tuntutan atau harapan masyarakat, misalnya berdasarkan hukum dan norma yang berlaku di masyarakat terdapat pengaturan tentang batas usia yang diijinkan menikah bagi wanita, serta pada usia berapa seseorang boleh ikut pemilu.

Selanjutnya Freire menekankan model pembelajarnnya pada proses penyadaran yang lebih humanis, demokratis, dan sosialis. Freire berpendapat bahwa, pendidikan itu bertujuan untuk membangkitkan kesadaran dan bukan untuk menjinakkan masyarakat. Freire menilai pendidikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia (humanisasi) yang ditinjau dari segi andragogi, penyadaran dan misifikasi. Dengan konsep pembelajarannya tersebut Freire memetakan tipologi kesadaran manusia dalam empat kategori; (1) magic consciousness, (2) naival consciousness, (3) transformation consciousness, dan (4) critical consciousness.

1 comment:

Anonymous said...

kak inggo ternyata da blog juga yach..hehehe,...nice writing. mia juga punya blog tapi dari des kemaren belum sempat di utak atik lagi