Oleh : Mohamad Ikbal Bahua
I. PENDAHULUAN
Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan memecahkan masalah.
Teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Sejarah membuktikan evolusi teknologi selalu terjadi sebagai tujuan atas hasil upaya keras para jenius yang pada gilirannya temuan teknologi tersebut diaplikasikan untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas kehidupan dan selanjutnya memperoleh manfaat dari padanya. Terdapat urutan yang sistematis dalam perkembangan teknologi, diawali dengan persoalan yang diciptakan atau yang dihadapi dalam keseharian. Ilmu pengetahuan dasar seperti fisika, matematika, kimia, menjadi modal utama dalam memecahkan persoalan dan menciptakan teknologi. Tahapan berikutnya, temuan teknologi ini diperkenalkan kepada masyarakat dan jika terbukti dapat membantu memudahkan aktivitas manusia kemudian memasuki tahap komersial. Mereka yang mampu memiliki teknologi menjadi penerima manfaat (beneficiaries) teknologi, sedangkan yang tidak mampu berada pada lingkaran luar penerima manfaat teknologi.
Kondisi mampu dan tidak mampu dalam memiliki teknologi inilah yang menjadi penyebab awal (primal causal) dari kesenjangan ekonomi dan sosial. Mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang yang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya, yang kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin. Pada sisi gelap, teknologi dapat dituduh sebagai penyebab kesenjangan ekonomi dan sosial. Keadaan inilah yang kemudian memunculkan ide perlunya pemerataan pemanfaatan teknologi hingga ke masyarakat yang bila secara individu tidak mampu memilikinya.
2.1. Pengertian Perubahan
Atkinson, (1987 dan Brooten,1978 dalam Nurhidiyah, 2003 : 1), menyatakan defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
Hersey dan Blanchard (1977 dalam Nurhidiyah, 2003 : 4), menyebutkan empat tingkatan perubahan. Perubahan pertama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan. Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan.
Perubahan partisipatif akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berperilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan partisipatif dapat digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif. Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama karena anak buah umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. Perubahan yang terjadi tertanam secara instrinsik dan bukan merupakan tuntutan eksterinsik.
Perubahan yang diarahkan bertolak belakang dengan perubahan partisifatif, perubahan ini dilakukan dengan menggunakan kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan tentang arah dan perilaku untuk sistem dari masalah aktualnya seluruh organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun berdasarkan rencana dan anak buah diharapkan untuk memenuhi dan mematuhinya. Harapan mengembangkan sikap positif tentang hal tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut. Jenis perubahan ini bersifat berubah-ubah, cenderung menghilang bila manajer tidak konsisten untuk menerapkannya.
2.2. Pengertian Teknologi Informasi
Kadir & Triwahyuni (2003 : 5) menyatakan bahwa, pada dasarnya teknologi informasi adalah perangkat yang berharga karena dapat memberikan berbagai manfaat baik langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan tentang Teknologi informasi ini sangat penting, hal ini disebabkan karena: (1) teknologi informasi berada dimana-mana, (2) teknologi informasi dapat membantu manusia menjadi lebih produktif, (3) teknologi informasi itu menggairahkan dan dapat memberikan perubahan, (4) teknologi informasi dapat mempertinggi karir, dan (5) teknologi informasi dapat memberikan kesempatan luas kepada manusia di dunia ini.
Pawit (1995 : 7 – 8) menyatakan bahwa, informasi merupakan catatan atau rekaman suatu fenomena yang dapat diamati atau berupa keputusan-keputusan penting. Informasi adalah sesuatu yang berupa pengetahuan lisan atau tertulis. Di masa sekarang dan masa yang akan datang informasi tertulis atau informasi rekaman akan mempunyai nilai yang tinggi dan berguna bagi kehidupan masyarakat. Jadi informasi yang dihasilkan merupakan sesuatu yang bermakna bagi pengguna informasi, bagi penyedia informasi, dan juga bagi suatu sistem pengetahuan dalam masyarakat. Dengan demikian informasi adalah suau data, pengetahuan, suara, gambar, dari yang sederhana sampai yang kompleks yang dapat digunakan oleh pemakai informasi dan hal-hal tersebut mempunyai nilai dan arti dalam arus lalu lintas informasi.
2.3. Teknologi Informasi Komunikasi dan Perubahan Sosial Masyarakat
Menurut Toffler dalam buku karangan Wahyudi Kumoroto dan Subandono Agus Margono (1998 dalam Burachman Hakim, 2006), menyebutkan bahwa peradaban yang pernah dan sedang dijalani oleh umat manusia terbagi tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang dimana tahapan manusia ditandai dengan peradaban agraris dan pemanfaatan energi terbarukan (8000 sebelum masehi – 1700). Gelombang kedua ditandainya dengan munculnya revolusi industri (1700 – 1970-an). Dan gelombang terakhir adalah peradaban yang didukung dengan kemajuan teknologi informasi, pengolahan data, penerbangan, aplikasi luar angkasa, bioteknologi dan computer. Saat ini, berdasarkan realitas yang ada, sudah jelas bahwa kita berada pada gelombang ketiga, dimana kita hidup di zaman yang ditopang oleh kemajuan teknologi informasi yang memicu terjadinya ledakan informasi. Ledakan informasi yang terjadi membawa perubahan besar dalam kehidupan umat manusia. Kita telah mengalami masa peralih dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi.
Burachman Hakim (2006) menyatakan bahwa, ledakan informasi dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terjadi membawa perubahan dalam masyarakat saat ini. Perubahan itu meliputi perubahan sikap masyarakat dalam interaksi sosial sehari-hari atau perubahan yang terjadi pada pranata sosial yang ada dimasyarakat saat ini. Perubahan sosial yang terjadi dalam konteks sikap masyarakat dapat dilihat dari pola interaksi masyarakat dan bagaimana masyarakat bersikap dengan informasi yang ada. Saat ini masyarakat semakin kritis, cerdas dan berani. Kritis yang dimaksudkan disini adalah sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya mulai itu dalam bidang pendidikan bahkan sampai politik.
Perubahan yang terjadi dalam konteks pranata sosial dapat dilihat dengan berubahnya format pranata sosial serta munculnya lembaga-lembaga baru dibidang pengelolaan informasi. Sekarang lembaga-lembaga pelayanan public atau banyak lembaga sosial lainnya mulai berubah dengan menerapkan teknologi e-government dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang informatif dan akuntable. Lembaga-lembaga tersebut mulai menerapakan automasi dalam layanannya. Hal ini dilakukan sejalan dengan tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang cepat, informatif dan transparan. Informasi memang membawa perubahan dalam masyarakat mulai dari gaya hidup sampai pola berpikir. Perubahan ini akan terus terjadi sejalan dengan dinamika informasi dan teknologi yang terjadi.
Roes Setiyadi (2005), Perubahan sosial masyarakat selalu terjadi setiap saat secara terus menerus. Perubahan sosial tersebut terjadi karena diinginkan atau sebagai dampak dari perubahan pada sektor lain yang terkait dengan masalah sosial. Perubahan itu sendiri dapat menjadi tujuan dan sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terbukti berperan sebagai salah satu faktor pengubah tatanan sosial. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pemanfaatan TIK terjadi di lingkungan ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, dan terutama dalam pergaulan antar anggota masyarakat. Dampak dari perubahan yang bersifat positif menjadikan faktor pengubah beralih peran dari yang semula sebagai alat menjadi tujuan agar dapat dimiliki untuk mengubah kondisi pemiliknya. Implikasi dari interaksi semacam ini menuntut dukungan semua pihak terutama pemerintah agar mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki TIK menjadi berkesempatan memanfaatkannya, perubahan sosial yang terjadi dari pemanfaatan TIK dapat terkendali sehingga dampak negatifnya minimal, serta adanya perlindungan bagi pengguna TIK dari tindak kejahatan yang dilakukan sesama pengguna TIK. Netralitas dan fleksibilitas TIK menjadikan peran sosial TIK sangat tergantung pada pengendalinya.
2.4. Motivasi dan Kepemimpinan dalam Teknologi Informasi
Motivasi adalah perpaduan antara keinginan dan energi untuk mencapai tujuan tertentu. Mempengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang tersebut melakukan apa yang kita inginkan. Karena fungsi utama dari kepemimpinan adalah untuk memimpin, maka kemampuan untuk mempengaruhi orang adalah hal yang penting. Engstrom (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu fenomena psikologis, sehingga kita perlu mengetahui pendapat dari para psikolog. Mungo Miller, pimpinan Affiliated Psychological Services, mencetuskan enam prinsip umum motivasi, yaitu: (1) motivasi adalah proses psikologis, atau lebih tepatnya proses emosional, bukan logis, (2) motivasi pada dasarnya adalah proses yang tidak kita sadari. Tindakan yang kita atau orang lain lakukan mungkin saja tampak tidak logis, namun bagi orang yang melakukannya, tindakannya tampak wajar dan masuk akal, (3) motivasi bersifat individual. Tingkah laku seseorang bersumber dari dirinya sendiri, (4) motivasi tiap orang berbeda, begitu juga setiap individu bervariasi dari waktu ke waktu, (5) motivasi adalah proses sosial. Tak dapat diingkari, bahwa terpenuhi atau tidaknya kebutuhan kita tergantung dari orang lain, dan (6) dalam tindakan sehari-hari, kita dipandu oleh kebiasaan yang bersumber dari motivasional di masa lalu.
Sudrajat (2006) menyatakan bahwa, kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Sarwono (2005 : 40), kepemimpinan adalah suatu proses perilaku atau hubungan yang menyebabkan suatu kelompok dapat bertindak secara bersama-sama atau secara bekerjasama dengan aturan atau sesuai dengan tujuan bersama. Sebaliknya yang dinamakan pemimpin adalah orang yang melaksanakan proses, perilaku atau hubungan tersebut. Selanjutnya Hemphill dan Coons (1957 dalam Sarwono, 2005) menyatakan bahwa, kepemimpinan adalah perilaku seorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan bersama. Jadi kepemimpinan dalam mempersiapkan masa depan yang cerah, tidak dapat dielakkan dari teknologi informasi. Teknologi informasi sangat membantu efektivitas keterampilan dengan memakai komputer mempercepat proses berpikir untuk memanfaatkan otak atas kiri yang berfungsi sebagai; logis, analitis, fakta, bahasa, matematika.
Roes Setiyadi (2005) menegaskan bahwa, dalam perkembangan motivasi kepemimpinan, yang terjadi tidak hanya otomatisasi layanan publik, tetapi lebih dari itu terjadi efisiensi dan peningkatan produktivitas yang luar biasa, serta peningkatan citra pemerintah di hadapan masyarakat yang dilayaninya. Electronic Government (e-Government) menjadi terminologi yang sering dipakai untuk mendorong terjadinya transformasi paradigma dalam layanan publik. Akuntabilitas, transparansi, akurasi, kecepatan proses layanan, dan produktivitas menjadi kata yang sering diasosiasikan dengan e-Government.
2.5. Interaksi dan Psikologi Sosial dalam Makna Teknologi Informasi
Walgito (2003 : 57) menyatakan bahwa, jika ditinjau dari segi psikologi sosial. Interaksi adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian diri di sini dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan disekitarnya, atau sebaliknya individu dapat merubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.
Syahyuti (2006 : 155), ditinjau dari segi partisipasi, interaksi adalah peran masyarakat dalam proses analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan. Pola partisipasi interaksi cenderung melibatkan metode interdisipliner yang mencari keragaman prespektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis. Selanjutnya Asngari (2001 : 29) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena di antara orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peranserta semua pihak itu diperlukan: (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis, dan (2) terbina kebersamaan. Suasana yang bebas akan memperlancar komunikasi semua pihak itu. Dengan adanya komunikasi yang komunikatif dan intim, akan terjalin suasana “saling asah, saling asuh, dan saling asih.” Terjalinlah “karena kenal, maka sayang” dan tergeraklah orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan pembaruan.
Margono Slamet (2003 : 60 – 61) menyatakan bahwa, mengingat begitu banyaknya perubahan yang telah dan sedang terjadi di lingkungan pertanian, baik pada tingkat individu petani, tingkat lokal, tingkat daerah, nasional, regional maupun internasional, maka pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang mendalam tentang situasi baru dan tantangan masa depan yang dihadapi oleh penyuluh pertanian. Paradigma baru ini bukan untuk mengubah prinsip-prinsip penyuluhan, tetapi diperlukan untuk mampu merespon tantangan-tantangan baru yang muncul dari situasi yang baru. Konsekuensinya penyuluh pertanian harus mampu menyiapkan, menyediakan dan menyajikan segala informasi yang diperlukan oleh para petani. Informasi-informasi tentang berbagai komoditas pertanian dan informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan dan pemasarannya perlu dipersiapkan dan dikemas dalam bentuk dan bahasa yang mudah dimengerti oleh petani.
Hubungannya dengan disertasi yang akan disusun untuk penyelesaian progran Doktor pada Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan, maka dapat dijelaskan bahwa perubahan-perubahan teknologi pertanian pada umumnya terjadi di semua daerah namun harus diakui bahwa tingkat perubahan dan kemajuan yang dialami tidak merata di semua daerah. Ada daerah-daerah yang sudah lebih maju dari daerah lainnya, demikian pula ada daerah-daerah yang belum begitu maju dibandingkan dengan daerah lainnya. Terdapat 3 kategori wilayah pertanian yang berbeda tingkat kemajuannya. Perbedaan itu menyangkut prasarana fisik, produktivitas pertaniannya serta tingkat kemajuan petani-petaninya.
Provinsi Gorontalo yang merupakan provinsi termuda di wilayah NKRI, pada pelaksanaan program pembangunan daerah lebih menekankan pada peningkatan produksi pertanian dengan melahirkan program agropolitan berbasis tanaman jagung sebagai motor penggerak perkonomian daerah, sehingga hal ini sangat membutuhkan sumberdaya manusia pertanian yang lebih berorientasi pengembangan dan pemberdayaan petani untuk meningkatkan pemahaman petani dalam teknologi budidaya tanaman jagung yang berorientasi agribisnis. Peran agen pembaruan/penyuluh dalam menata berbagai kepentingan sosial masyarakat/petani melalui program agropolitan lebih diorientasikan pada paradigma pengembangan iklim usaha dan sarana usaha dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan kemakmuran masyarakat.
Berbagai sarana pertanian yang telah dikembangkan selama 6 tahun pada pelaksanaan program agropolitan berupa pembangunan sarana jalan akses agropolitan yang menghubungkan desa-desa yang menjadi pusat agropolitan serta dibukanya akses pemasaran jagung sampai ke negeri Jiran Malaysia, sehingga hal ini sangat membutuhkan adanya sarana teknologi informasi yang mudahkan pemerintah, penyuluh dan petani untuk mengakses informasi perkembangan teknologi pertanian dan pasar secara berkelanjutan. Untuk itu pada tahun anggaran 2007 sampai tahun 2012 pemerintah Provinsi Gorontalo memfokuskan pembangunan daerah dengan menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi Inovasi dalam mendukung program unggulan yakni agropolitan. Program pemerintah inilah yang merupakan fokus kajian dalam penyusunan disertasi yang dihubungkan dengan kemampuan penyuluh pertanian dalam melakukan inovasi teknologi kepada petani, sehingga petani menjadi tahu, mau dan mampu mengadopsi inovasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sosialnya.
Perubahan sosial selalu terjadi setiap saat secara terus menerus. Perubahan sosial tersebut terjadi karena diinginkan atau sebagai dampak dari perubahan pada sektor lain yang terkait dengan masalah sosial. Perubahan itu sendiri dapat menjadi tujuan dan sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terbukti berperan sebagai salah satu faktor pengubah tatanan sosial. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pemanfaatan TIK terjadi di lingkungan ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, dan terutama dalam pergaulan antar anggota masyarakat. Dampak dari perubahan yang bersifat positif menjadikan faktor pengubah beralih peran dari yang semula sebagai alat menjadi tujuan agar dapat dimiliki untuk mengubah kondisi pemiliknya. Implikasi dari interaksi semacam ini menuntut dukungan semua pihak terutama pemerintah agar mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki TIK menjadi berkesempatan memanfaatkannya, perubahan sosial yang terjadi dari pemanfaatan TIK dapat terkendali, sehingga dampak negatifnya minimal, serta adanya perlindungan bagi pengguna TIK dari tindak kejahatan yang dilakukan sesama pengguna TIK. Netralitas dan fleksibilitas TIK menjadikan peran sosial TIK sangat tergantung pada pengendalinya.
Asngari, P.S. 2001. Peranan Agen Pembaruan/Penyuluh Dalam Usaha Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Kadir, A dan Terra Ch. Triwahyuni. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Andi Offset.Yogyakarta.
Margono Slamet. H.R. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Press.
Nurhidiyah, R.E. 2003. Keperawatan dan Perubahan. Makalah Tugas Akhir Pada Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Sumatera Utara.
Pawit, M. Y. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Rosdakarya.Bandung.
Rahmat, J. 1999. Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi? Rosdakarya.Bandung.
Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. Bina Rena Pariwara. Jakarta.
Sarwono, W.S. 2005. Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Balai Pustaka. Jakarta.
Walgito. B. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Ed. Revisi. Andi Yogyakarta.
Burachman Hakim, H. A. 2006. Sosiologi Informasi: Suatu Kajian Tentang Dinamika Informasi dan Dampaknya Bagi Masyarakat. http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id.
Engstrom, T. 2006. Motivasi dan Kepemimpinan. Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). E-mail: webmaster sabda.org.
Roes Setiyadi, M.W. 2005. Teknologi Informasi Komunikasi dan Peranannya dalam Proses Perubahan Sosial. http://maswig.blogspot.com.
Sudrajat, A. 2006. Teori-Teori Motivasi. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
Teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Sejarah membuktikan evolusi teknologi selalu terjadi sebagai tujuan atas hasil upaya keras para jenius yang pada gilirannya temuan teknologi tersebut diaplikasikan untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas kehidupan dan selanjutnya memperoleh manfaat dari padanya. Terdapat urutan yang sistematis dalam perkembangan teknologi, diawali dengan persoalan yang diciptakan atau yang dihadapi dalam keseharian. Ilmu pengetahuan dasar seperti fisika, matematika, kimia, menjadi modal utama dalam memecahkan persoalan dan menciptakan teknologi. Tahapan berikutnya, temuan teknologi ini diperkenalkan kepada masyarakat dan jika terbukti dapat membantu memudahkan aktivitas manusia kemudian memasuki tahap komersial. Mereka yang mampu memiliki teknologi menjadi penerima manfaat (beneficiaries) teknologi, sedangkan yang tidak mampu berada pada lingkaran luar penerima manfaat teknologi.
Kondisi mampu dan tidak mampu dalam memiliki teknologi inilah yang menjadi penyebab awal (primal causal) dari kesenjangan ekonomi dan sosial. Mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang yang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya, yang kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin. Pada sisi gelap, teknologi dapat dituduh sebagai penyebab kesenjangan ekonomi dan sosial. Keadaan inilah yang kemudian memunculkan ide perlunya pemerataan pemanfaatan teknologi hingga ke masyarakat yang bila secara individu tidak mampu memilikinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Perubahan
Atkinson, (1987 dan Brooten,1978 dalam Nurhidiyah, 2003 : 1), menyatakan defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
Hersey dan Blanchard (1977 dalam Nurhidiyah, 2003 : 4), menyebutkan empat tingkatan perubahan. Perubahan pertama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan. Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan.
Perubahan partisipatif akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berperilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan partisipatif dapat digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif. Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama karena anak buah umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. Perubahan yang terjadi tertanam secara instrinsik dan bukan merupakan tuntutan eksterinsik.
Perubahan yang diarahkan bertolak belakang dengan perubahan partisifatif, perubahan ini dilakukan dengan menggunakan kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan tentang arah dan perilaku untuk sistem dari masalah aktualnya seluruh organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun berdasarkan rencana dan anak buah diharapkan untuk memenuhi dan mematuhinya. Harapan mengembangkan sikap positif tentang hal tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut. Jenis perubahan ini bersifat berubah-ubah, cenderung menghilang bila manajer tidak konsisten untuk menerapkannya.
2.2. Pengertian Teknologi Informasi
Kadir & Triwahyuni (2003 : 5) menyatakan bahwa, pada dasarnya teknologi informasi adalah perangkat yang berharga karena dapat memberikan berbagai manfaat baik langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan tentang Teknologi informasi ini sangat penting, hal ini disebabkan karena: (1) teknologi informasi berada dimana-mana, (2) teknologi informasi dapat membantu manusia menjadi lebih produktif, (3) teknologi informasi itu menggairahkan dan dapat memberikan perubahan, (4) teknologi informasi dapat mempertinggi karir, dan (5) teknologi informasi dapat memberikan kesempatan luas kepada manusia di dunia ini.
Pawit (1995 : 7 – 8) menyatakan bahwa, informasi merupakan catatan atau rekaman suatu fenomena yang dapat diamati atau berupa keputusan-keputusan penting. Informasi adalah sesuatu yang berupa pengetahuan lisan atau tertulis. Di masa sekarang dan masa yang akan datang informasi tertulis atau informasi rekaman akan mempunyai nilai yang tinggi dan berguna bagi kehidupan masyarakat. Jadi informasi yang dihasilkan merupakan sesuatu yang bermakna bagi pengguna informasi, bagi penyedia informasi, dan juga bagi suatu sistem pengetahuan dalam masyarakat. Dengan demikian informasi adalah suau data, pengetahuan, suara, gambar, dari yang sederhana sampai yang kompleks yang dapat digunakan oleh pemakai informasi dan hal-hal tersebut mempunyai nilai dan arti dalam arus lalu lintas informasi.
2.3. Teknologi Informasi Komunikasi dan Perubahan Sosial Masyarakat
Menurut Toffler dalam buku karangan Wahyudi Kumoroto dan Subandono Agus Margono (1998 dalam Burachman Hakim, 2006), menyebutkan bahwa peradaban yang pernah dan sedang dijalani oleh umat manusia terbagi tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang dimana tahapan manusia ditandai dengan peradaban agraris dan pemanfaatan energi terbarukan (8000 sebelum masehi – 1700). Gelombang kedua ditandainya dengan munculnya revolusi industri (1700 – 1970-an). Dan gelombang terakhir adalah peradaban yang didukung dengan kemajuan teknologi informasi, pengolahan data, penerbangan, aplikasi luar angkasa, bioteknologi dan computer. Saat ini, berdasarkan realitas yang ada, sudah jelas bahwa kita berada pada gelombang ketiga, dimana kita hidup di zaman yang ditopang oleh kemajuan teknologi informasi yang memicu terjadinya ledakan informasi. Ledakan informasi yang terjadi membawa perubahan besar dalam kehidupan umat manusia. Kita telah mengalami masa peralih dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi.
Burachman Hakim (2006) menyatakan bahwa, ledakan informasi dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terjadi membawa perubahan dalam masyarakat saat ini. Perubahan itu meliputi perubahan sikap masyarakat dalam interaksi sosial sehari-hari atau perubahan yang terjadi pada pranata sosial yang ada dimasyarakat saat ini. Perubahan sosial yang terjadi dalam konteks sikap masyarakat dapat dilihat dari pola interaksi masyarakat dan bagaimana masyarakat bersikap dengan informasi yang ada. Saat ini masyarakat semakin kritis, cerdas dan berani. Kritis yang dimaksudkan disini adalah sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya mulai itu dalam bidang pendidikan bahkan sampai politik.
Perubahan yang terjadi dalam konteks pranata sosial dapat dilihat dengan berubahnya format pranata sosial serta munculnya lembaga-lembaga baru dibidang pengelolaan informasi. Sekarang lembaga-lembaga pelayanan public atau banyak lembaga sosial lainnya mulai berubah dengan menerapkan teknologi e-government dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang informatif dan akuntable. Lembaga-lembaga tersebut mulai menerapakan automasi dalam layanannya. Hal ini dilakukan sejalan dengan tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang cepat, informatif dan transparan. Informasi memang membawa perubahan dalam masyarakat mulai dari gaya hidup sampai pola berpikir. Perubahan ini akan terus terjadi sejalan dengan dinamika informasi dan teknologi yang terjadi.
Roes Setiyadi (2005), Perubahan sosial masyarakat selalu terjadi setiap saat secara terus menerus. Perubahan sosial tersebut terjadi karena diinginkan atau sebagai dampak dari perubahan pada sektor lain yang terkait dengan masalah sosial. Perubahan itu sendiri dapat menjadi tujuan dan sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terbukti berperan sebagai salah satu faktor pengubah tatanan sosial. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pemanfaatan TIK terjadi di lingkungan ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, dan terutama dalam pergaulan antar anggota masyarakat. Dampak dari perubahan yang bersifat positif menjadikan faktor pengubah beralih peran dari yang semula sebagai alat menjadi tujuan agar dapat dimiliki untuk mengubah kondisi pemiliknya. Implikasi dari interaksi semacam ini menuntut dukungan semua pihak terutama pemerintah agar mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki TIK menjadi berkesempatan memanfaatkannya, perubahan sosial yang terjadi dari pemanfaatan TIK dapat terkendali sehingga dampak negatifnya minimal, serta adanya perlindungan bagi pengguna TIK dari tindak kejahatan yang dilakukan sesama pengguna TIK. Netralitas dan fleksibilitas TIK menjadikan peran sosial TIK sangat tergantung pada pengendalinya.
2.4. Motivasi dan Kepemimpinan dalam Teknologi Informasi
Motivasi adalah perpaduan antara keinginan dan energi untuk mencapai tujuan tertentu. Mempengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang tersebut melakukan apa yang kita inginkan. Karena fungsi utama dari kepemimpinan adalah untuk memimpin, maka kemampuan untuk mempengaruhi orang adalah hal yang penting. Engstrom (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu fenomena psikologis, sehingga kita perlu mengetahui pendapat dari para psikolog. Mungo Miller, pimpinan Affiliated Psychological Services, mencetuskan enam prinsip umum motivasi, yaitu: (1) motivasi adalah proses psikologis, atau lebih tepatnya proses emosional, bukan logis, (2) motivasi pada dasarnya adalah proses yang tidak kita sadari. Tindakan yang kita atau orang lain lakukan mungkin saja tampak tidak logis, namun bagi orang yang melakukannya, tindakannya tampak wajar dan masuk akal, (3) motivasi bersifat individual. Tingkah laku seseorang bersumber dari dirinya sendiri, (4) motivasi tiap orang berbeda, begitu juga setiap individu bervariasi dari waktu ke waktu, (5) motivasi adalah proses sosial. Tak dapat diingkari, bahwa terpenuhi atau tidaknya kebutuhan kita tergantung dari orang lain, dan (6) dalam tindakan sehari-hari, kita dipandu oleh kebiasaan yang bersumber dari motivasional di masa lalu.
Sudrajat (2006) menyatakan bahwa, kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Sarwono (2005 : 40), kepemimpinan adalah suatu proses perilaku atau hubungan yang menyebabkan suatu kelompok dapat bertindak secara bersama-sama atau secara bekerjasama dengan aturan atau sesuai dengan tujuan bersama. Sebaliknya yang dinamakan pemimpin adalah orang yang melaksanakan proses, perilaku atau hubungan tersebut. Selanjutnya Hemphill dan Coons (1957 dalam Sarwono, 2005) menyatakan bahwa, kepemimpinan adalah perilaku seorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan bersama. Jadi kepemimpinan dalam mempersiapkan masa depan yang cerah, tidak dapat dielakkan dari teknologi informasi. Teknologi informasi sangat membantu efektivitas keterampilan dengan memakai komputer mempercepat proses berpikir untuk memanfaatkan otak atas kiri yang berfungsi sebagai; logis, analitis, fakta, bahasa, matematika.
Roes Setiyadi (2005) menegaskan bahwa, dalam perkembangan motivasi kepemimpinan, yang terjadi tidak hanya otomatisasi layanan publik, tetapi lebih dari itu terjadi efisiensi dan peningkatan produktivitas yang luar biasa, serta peningkatan citra pemerintah di hadapan masyarakat yang dilayaninya. Electronic Government (e-Government) menjadi terminologi yang sering dipakai untuk mendorong terjadinya transformasi paradigma dalam layanan publik. Akuntabilitas, transparansi, akurasi, kecepatan proses layanan, dan produktivitas menjadi kata yang sering diasosiasikan dengan e-Government.
2.5. Interaksi dan Psikologi Sosial dalam Makna Teknologi Informasi
Walgito (2003 : 57) menyatakan bahwa, jika ditinjau dari segi psikologi sosial. Interaksi adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian diri di sini dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan disekitarnya, atau sebaliknya individu dapat merubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.
Syahyuti (2006 : 155), ditinjau dari segi partisipasi, interaksi adalah peran masyarakat dalam proses analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan. Pola partisipasi interaksi cenderung melibatkan metode interdisipliner yang mencari keragaman prespektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis. Selanjutnya Asngari (2001 : 29) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena di antara orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peranserta semua pihak itu diperlukan: (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis, dan (2) terbina kebersamaan. Suasana yang bebas akan memperlancar komunikasi semua pihak itu. Dengan adanya komunikasi yang komunikatif dan intim, akan terjalin suasana “saling asah, saling asuh, dan saling asih.” Terjalinlah “karena kenal, maka sayang” dan tergeraklah orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan pembaruan.
Margono Slamet (2003 : 60 – 61) menyatakan bahwa, mengingat begitu banyaknya perubahan yang telah dan sedang terjadi di lingkungan pertanian, baik pada tingkat individu petani, tingkat lokal, tingkat daerah, nasional, regional maupun internasional, maka pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang mendalam tentang situasi baru dan tantangan masa depan yang dihadapi oleh penyuluh pertanian. Paradigma baru ini bukan untuk mengubah prinsip-prinsip penyuluhan, tetapi diperlukan untuk mampu merespon tantangan-tantangan baru yang muncul dari situasi yang baru. Konsekuensinya penyuluh pertanian harus mampu menyiapkan, menyediakan dan menyajikan segala informasi yang diperlukan oleh para petani. Informasi-informasi tentang berbagai komoditas pertanian dan informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan dan pemasarannya perlu dipersiapkan dan dikemas dalam bentuk dan bahasa yang mudah dimengerti oleh petani.
III. PEMBAHASAN
Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan konsumsi komoditas-komoditas pertanian, seperti hortikultura, produk peternakan, produk perikanan dan produk perkebunan. Tidak saja meningkat dalam kuantitasnya, tetapi juga meningkat tuntutan kualitasnya. Sistem pemasaran dunia yang berubah (globalisasi) membuat dunia pertanian Indonesia menghadapi tantangan baru untuk dapat bersaing dalam mutu, produktivitas dan efisiensi dengan dunia pertanian negara-negara lain. Kenyataannya bahwa, para petani Indonesia juga telah berubah secara nyata. Pada umumnya profil populasi petani Indonesia telah berubah secara positif. Secara makro populasi petani telah menjadi lebih kecil jumlahnya secara persentase (%) tetapi lebih tinggi kualitasnya, yang ditandai oleh lebih baiknya tingkat pendidikan petani, lebih mengenal kemajuan, kebutuhannya meningkat, harapan-harapannya juga meningkat, serta pengetahuan dan keterampilan bertaninya juga telah jauh lebih baik. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta berkat penyuluhan pembangunan selama ini, termasuk penyuluhan pertanian, para petani telah memiliki pola komunikasi yang terbuka. Merka telah mampu berkomunikasi dengan orang-orang dari luar sistem sosialnya, dan telah lebih mampu berkomunikasi secara non-personal melalui berbagai media massa. Petani dalam melakukan usahatani bahkan telah mampu berorientasi pada pasar dengan sistem informasi pasar secara berkelanjutan.Hubungannya dengan disertasi yang akan disusun untuk penyelesaian progran Doktor pada Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan, maka dapat dijelaskan bahwa perubahan-perubahan teknologi pertanian pada umumnya terjadi di semua daerah namun harus diakui bahwa tingkat perubahan dan kemajuan yang dialami tidak merata di semua daerah. Ada daerah-daerah yang sudah lebih maju dari daerah lainnya, demikian pula ada daerah-daerah yang belum begitu maju dibandingkan dengan daerah lainnya. Terdapat 3 kategori wilayah pertanian yang berbeda tingkat kemajuannya. Perbedaan itu menyangkut prasarana fisik, produktivitas pertaniannya serta tingkat kemajuan petani-petaninya.
Provinsi Gorontalo yang merupakan provinsi termuda di wilayah NKRI, pada pelaksanaan program pembangunan daerah lebih menekankan pada peningkatan produksi pertanian dengan melahirkan program agropolitan berbasis tanaman jagung sebagai motor penggerak perkonomian daerah, sehingga hal ini sangat membutuhkan sumberdaya manusia pertanian yang lebih berorientasi pengembangan dan pemberdayaan petani untuk meningkatkan pemahaman petani dalam teknologi budidaya tanaman jagung yang berorientasi agribisnis. Peran agen pembaruan/penyuluh dalam menata berbagai kepentingan sosial masyarakat/petani melalui program agropolitan lebih diorientasikan pada paradigma pengembangan iklim usaha dan sarana usaha dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan kemakmuran masyarakat.
Berbagai sarana pertanian yang telah dikembangkan selama 6 tahun pada pelaksanaan program agropolitan berupa pembangunan sarana jalan akses agropolitan yang menghubungkan desa-desa yang menjadi pusat agropolitan serta dibukanya akses pemasaran jagung sampai ke negeri Jiran Malaysia, sehingga hal ini sangat membutuhkan adanya sarana teknologi informasi yang mudahkan pemerintah, penyuluh dan petani untuk mengakses informasi perkembangan teknologi pertanian dan pasar secara berkelanjutan. Untuk itu pada tahun anggaran 2007 sampai tahun 2012 pemerintah Provinsi Gorontalo memfokuskan pembangunan daerah dengan menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi Inovasi dalam mendukung program unggulan yakni agropolitan. Program pemerintah inilah yang merupakan fokus kajian dalam penyusunan disertasi yang dihubungkan dengan kemampuan penyuluh pertanian dalam melakukan inovasi teknologi kepada petani, sehingga petani menjadi tahu, mau dan mampu mengadopsi inovasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sosialnya.
IV. PENUTUP
Uraian di atas mengindikasikan dua hal, di satu sisi teknologi dianggap sebagai alat means yang menawarkan kemudahan dan pada gilirannya memberikan kemakmuran, di sisi lain karena kemampuannya memberikan kemakmuran teknologi menjadi tujuan ends masyarakat agar dapat memilikinya. Hubungan antara means dan ends ini menjadi pangkal dari fenomena sosial yang muncul dalam perkembangan teknologi. Sebagai means, teknologi hanyalah barang mati yang peran nyatanya sangat ditentukan oleh manusia yang mengendalikannya. Dalam hubungannya sebagai ends, tak dapat dihindarkan bahwa teknologi tertentu menjadi dambaan individu, masyarakat atau bahkan negara untuk memilikinya dan atau berhasil menguasainya.Perubahan sosial selalu terjadi setiap saat secara terus menerus. Perubahan sosial tersebut terjadi karena diinginkan atau sebagai dampak dari perubahan pada sektor lain yang terkait dengan masalah sosial. Perubahan itu sendiri dapat menjadi tujuan dan sekaligus sebagai alat untuk mencapai tujuan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terbukti berperan sebagai salah satu faktor pengubah tatanan sosial. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pemanfaatan TIK terjadi di lingkungan ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, dan terutama dalam pergaulan antar anggota masyarakat. Dampak dari perubahan yang bersifat positif menjadikan faktor pengubah beralih peran dari yang semula sebagai alat menjadi tujuan agar dapat dimiliki untuk mengubah kondisi pemiliknya. Implikasi dari interaksi semacam ini menuntut dukungan semua pihak terutama pemerintah agar mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki TIK menjadi berkesempatan memanfaatkannya, perubahan sosial yang terjadi dari pemanfaatan TIK dapat terkendali, sehingga dampak negatifnya minimal, serta adanya perlindungan bagi pengguna TIK dari tindak kejahatan yang dilakukan sesama pengguna TIK. Netralitas dan fleksibilitas TIK menjadikan peran sosial TIK sangat tergantung pada pengendalinya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Makalah
Asngari, P.S. 2001. Peranan Agen Pembaruan/Penyuluh Dalam Usaha Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Kadir, A dan Terra Ch. Triwahyuni. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Andi Offset.Yogyakarta.
Margono Slamet. H.R. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Press.
Nurhidiyah, R.E. 2003. Keperawatan dan Perubahan. Makalah Tugas Akhir Pada Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Sumatera Utara.
Pawit, M. Y. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Rosdakarya.Bandung.
Rahmat, J. 1999. Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi? Rosdakarya.Bandung.
Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. Bina Rena Pariwara. Jakarta.
Sarwono, W.S. 2005. Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Balai Pustaka. Jakarta.
Walgito. B. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Ed. Revisi. Andi Yogyakarta.
Website, Blogspot dan Email
Burachman Hakim, H. A. 2006. Sosiologi Informasi: Suatu Kajian Tentang Dinamika Informasi dan Dampaknya Bagi Masyarakat. http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id.
Engstrom, T. 2006. Motivasi dan Kepemimpinan. Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). E-mail: webmaster sabda.org.
Roes Setiyadi, M.W. 2005. Teknologi Informasi Komunikasi dan Peranannya dalam Proses Perubahan Sosial. http://maswig.blogspot.com.
Sudrajat, A. 2006. Teori-Teori Motivasi. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
4 comments:
Bung ikbal barangkali kumpulan tulisan bung Yanuar Nugroho yang saya poskan di blog saya dapat menjadi referensi lebih lanjut.
silah tengok posting Teknologi Informasi, CSO dan Perubahan Sosial.
salam
kak ,,tlng di muat dong artkel ttg sstm informasi akuntansi,,,tks sblmnya,,
Bung Iqbal mksh bgt....tulisannya bisa bantu saya dalam menyelesaikan tugas kuliah....
Post a Comment